Waspada Risiko Keju dari Susu yang Tidak Dipasteurisasi

Keju adalah produk olahan susu yang lezat dan bergizi, sering menjadi bagian dari hidangan gourmet hingga camilan sehari-hari. Namun, di balik kelezatannya, tersembunyi potensi risiko kesehatan, terutama jika keju tersebut terbuat dari susu yang tidak dipasteurisasi. Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa keju jenis ini bisa berbahaya, siapa yang paling berisiko, dan bagaimana cara menikmati keju dengan aman.

keju

Apa Itu Pasteurisasi dan Mengapa Itu Penting?

Pasteurisasi adalah proses pemanasan susu dengan suhu tertentu dalam waktu singkat untuk membunuh mikroorganisme berbahaya seperti bakteri, virus, dan protozoa. Proses ini ditemukan oleh Louis Pasteur pada abad ke-19 dan telah menyelamatkan jutaan nyawa dengan drastically mengurangi penyebaran penyakit melalui produk susu.

Susu mentah (raw milk) yang tidak melalui proses ini dapat mengandung sejumlah patogen berbahaya, termasuk:

  • Listeria monocytogenes
  • E. coli (Escherichia coli) O157:H7
  • Salmonella
  • Campylobacter

Ketika susu mentah digunakan untuk membuat keju, bakteri-bakteri ini dapat bertahan hidup dan berkembang biak dalam produk akhir, menimbulkan ancaman serius bagi konsumen.

Mengenal Keju dari Susu Tidak Dipasteurisasi (Keju Mentah)

Keju yang dibuat dari susu tidak dipasteurisasi sering disebut sebagai “keju mentah” (raw milk cheese). Di beberapa negara, keju jenis ini legal dijual dan sering dikaitkan dengan cita rasa yang lebih kompleks dan autentik oleh para pencinta keju. Beberapa contoh keju populer yang seringkali dibuat dari susu mentah termasuk:

  • Brie de Meaux (Prancis)
  • Camembert de Normandie (Prancis)
  • Roquefort (Prancis – keju biru)
  • Gorgonzola (Italia – beberapa varian)
  • Parmigiano-Reggiano (Italia – beberapa produksi)

Penting untuk dicatat bahwa tidak semua keju dengan nama di atas selalu terbuat dari susu mentah. Selalu periksa label kemasannya.

Bahaya dan Risiko Kesehatan yang Mengintai

Mengonsumsi keju dari susu yang tidak dipasteurisasi membuka peluang terpapar bakteri patogen. Infeksi yang ditimbulkan dapat berkisar dari ringan hingga sangat parah, bahkan mengancam jiwa.

1. Infeksi Listeria (Listeriosis)

Ini adalah risiko paling berbahaya dari keju mentah. Bakteri Listeria monocytogenes dapat tumbuh bahkan dalam suhu dingin seperti kulkas.

  • Gejala: Demam, nyeri otot, mual, diare. Pada kasus yang parah, dapat menyebar ke sistem saraf menyebabkan sakit kepala leher kaku, kebingungan, kehilangan keseimbangan, dan kejang.
  • Risiko Tertinggi: Wanita hamil, lansia, dan orang dengan sistem imun lemah. Pada ibu hamil, listeriosis dapat menyebabkan keguguran, lahir mati, atau infeksi serius pada bayi baru lahir.

2. Infeksi E. coli

Beberapa strain E. coli, seperti O157:H7, menghasilkan racun shiga yang sangat berbahaya.

  • Gejala: Kram perut parah, diare (sering berdarah), dan muntah. Dapat berkembang menjadi Hemolytic Uremic Syndrome (HUS), sejenis gagal ginjal.

3. Keracunan Salmonella

Salmonella adalah penyebab umum keracunan makanan.

  • Gejala: Diare, demam, dan kram perut dalam waktu 12-72 jam setelah konsumsi.

4. Infeksi Campylobacter

  • Gejala: Diare (sering berdarah), kram, sakit perut, dan demam. Dapat menyebabkan komplikasi seperti sindrom iritasi usus dan arthritis reaktif.

Siapa yang Paling Rentan Terhadap Risiko Ini?

Kelompok tertentu memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi serius dari infeksi bakteri dalam keju mentah:

  1. Wanita Hamil: Perubahan sistem imun selama kehamilan membuat mereka lebih mudah tertular listeriosis, yang dapat berdampak fatal pada janin.
  2. Anak-Anak, terutama bayi dan balita yang sistem imunnya masih berkembang.
  3. Lansia: Sistem kekebalan tubuh dan organ orang berusia di atas 65 tahun seringkali tidak sekuat dulu.
  4. Individu dengan Sistem Kekebalan Tubuh yang Lemah: Termasuk orang yang sedang menjalani kemoterapi, pengidap HIV/AIDS, penerima transplantasi organ, atau penderita diabetes dan penyakit ginjal.

Bagi kelompok ini, menghindari keju dari susu tidak dipasteurisasi adalah langkah protektif yang sangat kritikal.

Bagaimana Cara Membedakan dan Memilih Keju yang Aman?

Kunci utamanya adalah membaca label dengan cermat. Di banyak negara, termasuk Indonesia, regulasi mewajibkan produk keju impor yang terbuat dari susu tidak dipasteurisasi untuk mencantumkan peringatan pada label.

  • Cari Tulisan Khusus: Perhatikan frasa seperti:
    • Made with raw milk” (dibuat dengan susu mentah)
    • Made from unpasteurized milk” (dibuat dari susu tidak dipasteurisasi)
    • Au lait cru” (istilah Prancis untuk susu mentah)
  • Pilih yang “Pasteurized”: Pastikan kemasan mencantumkan “made with pasteurized milk” (dibuat dengan susu pasteurisasi). Ini adalah jaminan keamanan terbaik.
  • Tanya kepada Penjual: Jika membeli keju di counter khusus tanpa kemasan asli, jangan ragu untuk bertanya kepada cheesemonger atau penjual apakah keju tersebut telah dipasteurisasi.
  • Keju yang Dipanaskan: Perhatikan juga bahwa beberapa keju seperti mozzarella, feta, dan keju olahan (processed cheese) hampir selalu dipasteurisasi dan aman dikonsumsi.

Kesimpulan: Nikmati Keju dengan Bijak dan Aman

Keju dari susu yang tidak dipasteurisasi memang menawarkan pengalaman kuliner yang unik bagi sebagian orang. Namun, risiko kesehatan yang menyertainya tidak bisa dianggap remeh, terutama bagi kelompok rentan.

Pasteurisasi bukanlah proses yang merusak nutrisi atau cita rasa keju secara signifikan, melainkan sebuah langkah inovasi keamanan pangan yang telah terbukti menyelamatkan nyawa. Dengan selalu memilih keju yang jelas mencantumkan label “terbuat dari susu pasteurisasi“, Anda dapat menikmati kelezatan keju tanpa rasa khawatir, dan melindungi kesehatan diri serta keluarga.

Jadilah konsumen yang cerdas: baca label, ketahui risikonya, dan pilihlah yang aman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *