Sakit kepala adalah keluhan umum yang hampir semua orang pernah alami. Namun, tidak semua sakit kepala sama. Migrain, misalnya, bukan sekadar sakit kepala biasa tetapi kondisi neurologis yang bisa sangat mengganggu aktivitas. Lalu, bagaimana membedakan sakit kepala biasa dengan migrain berbahaya? Simak penjelasannya!

Perbedaan Sakit Kepala Biasa dan Migrain
1. Sakit Kepala Biasa (Tension Headache)
- Lokasi nyeri: Terasa di seluruh kepala atau seperti diikat.
- Intensitas: Ringan hingga sedang, tidak terlalu mengganggu aktivitas.
- Durasi: Beberapa jam hingga beberapa hari.
- Gejala tambahan: Tidak disertai mual, muntah, atau sensitivitas terhadap cahaya/suara.
- Penyebab: Stres, kelelahan, kurang tidur, atau dehidrasi.
2. Migrain
- Lokasi nyeri: Sakit kepala sebelah (unilateral), sering di area pelipis atau belakang mata.
- Intensitas: Nyeri berdenyut-denyut, bisa parah hingga mengganggu aktivitas.
- Durasi: 4–72 jam, bahkan bisa lebih lama jika tidak diobati.
- Gejala tambahan:
- Mual dan muntah.
- Sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia) atau suara (fonofobia).
- Aura (gangguan penglihatan seperti kilatan cahaya atau garis zigzag sebelum migrain menyerang).
- Penyebab: Faktor genetik, perubahan hormon, makanan tertentu (keju, cokelat, MSG), stres, atau gangguan tidur.
Bahaya Migrain yang Perlu Diwaspadai
Migrain bukan sekadar sakit kepala biasa. Jika tidak ditangani, migrain bisa berkembang menjadi kondisi yang lebih serius, seperti:
- Migrain Kronis
- Serangan migrain terjadi ≥15 hari per bulan selama 3 bulan.
- Dapat mengganggu kualitas hidup dan produktivitas.
- Status Migrainosus
- Serangan migrain parah yang berlangsung lebih dari 72 jam.
- Memerlukan penanganan medis darurat karena risiko dehidrasi dan komplikasi lain.
- Stroke Migrain
- Meski jarang, migrain dengan aura dapat meningkatkan risiko stroke iskemik.
- Terjadi ketika pembuluh darah di otak terganggu selama serangan migrain.
- Gangguan Mental
- Penderita migrain berisiko lebih tinggi mengalami kecemasan dan depresi akibat nyeri yang berkepanjangan.
Cara Mencegah dan Mengatasi Migrain
- Hindari Pemicu
- Catat makanan atau aktivitas yang memicu migrain.
- Kurangi konsumsi kafein, alkohol, dan MSG.
- Kelola Stres
- Lakukan relaksasi seperti yoga, meditasi, atau pernapasan dalam.
- Tidur Cukup
- Pastikan tidur 7–8 jam per hari dengan jadwal teratur.
- Pengobatan Medis
- Obat pereda nyeri (parasetamol, ibuprofen) untuk serangan ringan.
- Triptans atau obat resep dokter untuk migrain berat.
- Terapi pencegahan jika migrain sering kambuh.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera konsultasi ke dokter jika:
✅ Migrain disertai demam tinggi, leher kaku, atau kejang.
✅ Nyeri kepala sangat parah dan tiba-tiba (thunderclap headache).
✅ Migrain pertama setelah usia 50 tahun.
✅ Gejala neurologis seperti mati rasa, sulit bicara, atau kelemahan tubuh.
Kesimpulan
Migrain berbeda dengan sakit kepala biasa karena gejalanya lebih intens dan bisa berbahaya jika dibiarkan. Kenali tanda-tandanya, hindari pemicu, dan segera cari bantuan medis jika migrain semakin parah. Dengan penanganan tepat, risiko komplikasi dapat diminimalisir.
Jangan anggap remeh migrain—waspadai sebelum berdampak serius pada kesehatan Anda!