Stevia telah menjadi pemanis andalan bagi banyak orang, terutama mereka yang ingin mengurangi asupan gula dan kalori. Dikenal sebagai pemanis alami nol kalori yang berasal dari daun tanaman Stevia rebaudiana, stevia sering dianggap sebagai alternatif yang lebih sehat dibandingkan gula pasir atau pemanis buatan. Namun, di balik popularitasnya, muncul pertanyaan kritis: apakah stevia aman untuk konsumsi jangka panjang? Artikel ini akan mengupas tuntas potensi efek samping stevia berdasarkan penelitian terbaru, sehingga Anda bisa membuat keputusan yang informed untuk kesehatan Anda.

Apa Itu Stevia dan Bagaimana Bentuk Produknya?
Sebelum membahas efek sampingnya, penting untuk memahami apa itu stevia. Ekstrak murni dari daun stevia, yang disebut steviol glycosides (seperti rebaudioside A), inilah yang memberikan rasa manis hingga 200-300 kali lipat dari gula biasa. Di pasaran, stevia hadir dalam berbagai bentuk:
- Daun Stevia Kering: Bentuk paling alami, bisa diseduh seperti teh.
- Ekstrak Cair: Cairan bening yang mudah ditambahkan ke minuman.
- Bubuk Putih: Ekstrak stevia murni dalam bentuk bubuk, sering digunakan dalam baking.
- Butiran / Tabel: Sering dicampur dengan pemanis pengisi (seperti erythritol) untuk menyerupai tekstur gula.
Kunci dari keamanannya terletak pada tingkat pemurniannya. Produk stevia yang telah disetujui BPOM, FDA, dan EFSA adalah ekstrak steviol glycosides berkemurnian tinggi, bukan daun stevia mentah yang belum teruji.
Potensi Efek Samping Stevia untuk Konsumsi Jangka Panjang
Meski umum diakui aman (Generally Recognized as Safe/GRAS) oleh otoritas kesehatan, beberapa penelitian dan laporan mengindikasikan potensi efek samping, terutama terkait dengan konsumsi dalam jumlah sangat besar atau kondisi kesehatan tertentu.
1. Gangguan Pencernaan
Ini adalah efek samping stevia yang paling umum dilaporkan. Beberapa orang mungkin mengalami:
- Perut kembung
- Mual
- Kram perut
Gejala ini lebih sering dikaitkan dengan produk stevia yang dicampur dengan alkohol gula (seperti erythritol atau maltodextrin). Tubuh tidak dapat mencerna alkohol gula sepenuhnya, sehingga dapat menyebabkan fermentasi di usus besar. Bagi individu dengan sistem pencernaan sensitif atau kondisi seperti Irritable Bowel Syndrome (IBS), efek ini bisa lebih terasa.
2. Dampak pada Kesehatan Usus (Gut Health)
Ini adalah area penelitian yang sedang berkembang. Mikrobioma usus memainkan peran krusial dalam kesehatan secara keseluruhan. Beberapa studi pendahuluan pada hewan dan in vitro menunjukkan bahwa stevia mungkin tidak bersifat inert terhadap bakteri usus. Stevia diduga dapat menghambat pertumbuhan bakteri usus yang menguntungkan. Namun, penelitian pada manusia masih sangat terbatas dan diperlukan studi lebih lanjut untuk memastikan dampak jangka panjangnya.
3. Pengaruh terhadap Gula Darah dan Resistensi Insulin
Ini adalah topik yang kontroversial. Stevia sering dipromosikan sebagai pemanis yang aman untuk penderita diabetes karena tidak menaikkan gula darah. Namun, ada teori “paradoks pemanis buatan”. Beberapa ilmuwan berhipotesis bahwa rasa manis dari stevia dapat “membohongi” otak dan pankreas, memicu sinyal untuk melepaskan insulin meskipun tidak ada gula yang masuk. Pelepasan insulin yang terus-menerus tanpa diikuti oleh peningkatan gula darah dapat berpotensi menyebabkan resistensi insulin dalam jangka panjang. Meski demikian, bukti pada manusia masih belum konsisten dan banyak studi justru menunjukkan bahwa stevia dapat membantu mengontrol gula darah.
4. Interaksi dengan Obat-Obatan Tertentu
Stevia memiliki sifat hipoglikemik (penurun gula darah) dan hipotensif (penurun tekanan darah) yang ringan. Bagi orang yang mengonsumsi obat untuk diabetes atau tekanan darah tinggi, konsumsi stevia dalam jumlah besar berpotensi menyebabkan gula darah atau tekanan darah turun terlalu rendah. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda memiliki kondisi ini dan ingin menggunakan stevia secara rutin.
5. Reaksi Alergi (Jarang Terjadi)
Meski sangat langka, beberapa individu mungkin mengalami reaksi alergi terhadap tanaman stevia atau produk turunannya, terutama jika mereka alergi terhadap tanaman dari keluarga Asteraceae/Compositae (seperti ragweed, krisan, dan marigold). Gejalanya bisa berupa ruam kulit atau gatal-gatal.
Lalu, Apakah Stevia Aman?
Berdasarkan tinjauan dari badan pengawas obat dan makanan global seperti FDA (AS) dan EFSA (Eropa), steviol glycosides berkemurnian tinggi dianggap aman untuk konsumsi manusia, termasuk oleh ibu hamil dan anak-anak, asalkan dalam batas Acceptable Daily Intake (ADI).
ADI untuk stevia ditetapkan 4 mg per kilogram berat badan per hari. Sebagai ilustrasi, untuk seseorang dengan berat badan 60 kg, ADI-nya adalah 240 mg per hari. Jumlah ini setara dengan sekitar 40-60 sendok teh gula dalam hal tingkat kemanisan, sehingga sangat sulit untuk dikonsumsi berlebihi batas ini dalam konsumsi sehari-hari.
Tips Mengonsumsi Stevia dengan Aman
- Pilih Produk Berkualitas: Beli merek stevia terpercaya yang telah mendapat izin edar dari BPOM. Hindari daun stevia mentah yang belum teruji keamanannya.
- Perhatikan Bahan Tambahan: Cek label kemasan. Pilih produk dengan kandungan stevia murni dan hindari yang mengandung banyak pengisi seperti dekstrosa atau maltodextrin jika Anda sensitif.
- Konsumsi dalam Batas Wajar: Gunakan prinsip “sesedikit yang diperlukan”. Jangan karena bebas kalori lalu digunakan secara berlebihan.
- Dengarkan Respon Tubuh: Setiap individu unik. Jika Anda merasakan gejala gangguan pencernaan atau ketidaknyamanan lain setelah mengonsumsi stevia, kurangi atau hentikan penggunaannya.
- Konsultasi dengan Dokter: Jika Anda memiliki kondisi kesehatan khusus (diabetes, tekanan darah rendah, gangguan pencernaan kronis) atau sedang mengonsumsi obat tertentu, selalu konsultasikan dengan dokter sebelum menjadikan stevia sebagai pemanis rutin.
Kesimpulan
Efek samping stevia untuk jangka panjang secara umum dianggap minimal dan jarang terjadi pada kebanyakan orang ketika dikonsumsi dalam batas wajar. Risiko terbesar tampaknya adalah gangguan pencernaan, terutama dari bahan tambahan dalam produk stevia. Kekhawatiran mengenai kesehatan usus dan resistensi insulin masih membutuhkan penelitian lebih lanjut pada manusia.
Kunci utamanya adalah moderasi. Stevia bisa menjadi alat yang berguna dalam perjalanan diet sehat untuk mengurangi asupan gula, tetapi bukan solusi ajaib. Variasikan sumber pemanis alami Anda dan prioritaskan pola makan utuh yang kaya nutrisi untuk kesehatan optimal dalam jangka panjang.